hari ini hari minggu

 Hai, saya kembali. Dan sudah lama sejak saya tidak menulis lagi disini. Lebih tepatnya, saya lupa jika saya punya tempat menulis disini.

Abaikan judulnya, ya. Saya pun tak acuh dengan judul tersebut. Memang benar, sekarang hari Minggu.

Dan banyak kejadian fantastis. Ah, hiperbola. Tidak begitu fantastis, standar lah. Membuat relung hati bagai ladang yang dipenuhi dengan bunga yang mekar pada musim semi.

Kalian tahu apa yang membuat saya begitu menanti hari Minggu? Hahaha, ya tentu saja libur. Tapi ada yang lebih penting dari itu.

Menanti ketika smartphone milik saya berdering.

Ya, dia selalu berpesan pada saya jika ia akan menghubungi saya setiap hari Minggu. Waktu sesuka dia, berapa kalipun tergantung padanya. Intinya saya bersiap-siap saja.

Bendungan rindu seketika pecah dalam sehari. Ya, hari Minggu. 

Saling tanya tentang keadaan terkini, mendiskusikan terkait kepulangan ia, dan tentu saja, lebih banyak bergurau. Jujur seingin itu saya berjumpa dengan dia.

Rasa nya seperti sudah menemukan yang terbaik. Rasa nya tidak perlu lagi mencari yang lain.

Saya mengenal dia via sosial media, tentunya. Selama saya bersekolah, saya tidak pernah menjalin hubungan seintens ini dengan seorang lelaki. Dan saya pun menginjak umur 16 tahun.

Ya, bisa dibilang mengenalnya adalah kado terbaik bagi saya tahun ini.

Cinta pertama? Malu mengakuinya. Tapi, yah. Untuk saya yang bersekolah di sekolah khusus putri, baru kali inilah saya merasakan yang namanya cinta.

Menyayangi dan disayangi.

Bahkan jika sudah takdir-Nya, ingin rasanya saya yang berada dalam pelukannya di masa depan.

Cinta dan menaruh rasa itu berbeda. Saat kau menaruh rasa, setelah menaruhnya kau bisa mengambilnya kembali lalu mencari tempat lain untuk menaruh lagi.

Berbeda dengan cinta, ya. Makanya jangan pernah kau permainkan yang namanya cinta.

Walaupun cerminan diri saya sendiri, di curhatan sebelumnya, nampak begitu munafik. Setelah saya pikir-pikir, saya telah menaruh ia di ruang yang salah. Bukan disana, tapi ada tempat yang lebih baik. Cukup jadi teman saja. Jangan lebih. Begitulah kata hati saya hari ini. 

Entahlah, hati itu bahkan bisa menjadi labirin yang membuatmu tersesat.

Setidaknya hari ini ada sesuatu menyenangkan yang bisa saya tinggalkan jejaknya di ruang mungil ini. Dan rasa bahagia itu masih didalam sini.

Kapan, ya, bisa bertemu? Ingin sekali mengobrol dan memiliki waktu bersama dia. Bagaimana ia memperlakukan saya, itu sudah baik. Sangat baik. Saya tidak ingin kehilangan dia.

"I love you."

Ucapnya terakhir, sebelum mematikan sambungan telepon tadi siang. 

Komentar